Gylang Satria Yudha: Discussions
Curhatan Saya Yang Rugi Karena Token LUNA

Curhatan Saya Yang Rugi Karena Token LUNA



Selain bekerja sebagai Tenaga Kependidikan dan juga seorang Blogger, saya juga iseng mencoba berinvestasi dalam dunia cryptocurrency, didunia tersebut ada beberapa token yang saya beli dan invest disana, diantaranya Binance, Matic, BitCoin, dan LUNA. 


Kebodohan saya ini bermula ketika melihat LUNA tiba tiba turun dari 1 Juta Rupiah meluncur ke beberapa ratus ribu, tentu saja saya tertarik, namun saya tetap tahan uang saya dan menunggu momen yang tepat. 


Dikomunitas Crypto yang saya ikuti, sejumlah investor menyuruh investor lainnya untuk menyerok LUNA karena berpotensi naik kembali, banyak tuh orang yang ikut membeli LUNA ketika harganya turun di 400 Ribuan. 


Dan, bagai kepala dilempar batu bata, LUNA turun drastis, mulai dari Ratusan Ribu, Hingga Puluhan Ribu, Belasan Ribu dan Akhirnya yah, gak usah saya sebutkan. Nah kebodohan saya ini terjadi ketika LUNA ada di harga 16000, saya berharap nanti naik lagi, minimal jadi 50000 saja saya sudah untung besar, lalu Invest lah saya sebesar 500.000 rupiah, sehingga kini saya memiliki 31 token LUNA. 


Namun sekali lagi, ternyata harga terus merosot, market cap sendiri mulai merugi dan akhirnya LUNA kini bernila 3 Rupiah, bayangin guys, mulai dari 1 Jt, sekarang 3 Rupiah, kerugian yang dialami Investor ini hampir 100%. 





Berutungnya saya hanya berinvestasi sekitar 500.000 saja, bayangin mereka yang berinvestasi ketika LUNA berada di nilai ratusan ribu. Di komunitas yang saya ikuti, saya melihat banyak sekali keluhan, karena mereka yang merugi, yang paling kasian menurut saya adalah mereka yang menjual asset mereka dan kemudian berinvestasi di LUNA dan berharap tiba tiba kaya, akhirnya Asset menghilang, LUNA pun melayang. 


Dunia Crypto ini memang indah, namun kejam, karena kita bisa kaya mendadak, namun juga bisa miskin mendadak. Oleh karena itu, usahakanlah jika ingin bergabung dalam dunia crypto, gunakanlah uang dingin istilahnya, dan bukan uang hasil pinjaman, atau uang bulanan yang akan digunakan, karena kita tidak sepenuhnya tahu apa yang akan terjadi kedepannya. 


Nah apakah kamu juga bermain Crypto? komen dibawah guys, dan mari sharing pengalaman kamu juga. 
Kenapa Saya Lebih Sering Menggunakan Windows Dibandingkan Linux Lagi...

Kenapa Saya Lebih Sering Menggunakan Windows Dibandingkan Linux Lagi...



Dapat dikatakan bahwa saya ini sebenarnya adalah pengguna dua system operasi berbeda, kadang Linux (Elementary OS dan Manjaro) kadang juga Windows (Windows 10 Enterprise LTSC 2019). Namun akhir akhir ini saya lebih sering menggunakan Windows dibandingkan Linux, lebih tepatnya dalam jangka waktu 1 tahun terakhir saya cukup instens dibandingkan pemakain linux, kecuali untuk hal development, saya bahkan jarang sekali membuka Linux yang saya install di perangkat saya. 

Nah mengenai hal tersebut, akan cukup asik rasanya jika saya berbagi curhatan dan alasan kenapa saya lebih sering menggunakan Windows dibandingkan Linux lagi, dan mungkin ini akan menjawab pertanyaan kamu semua yang memang juga kebingungan kenapa Windows lebih baik dibandingkan Linux. 

Aplikasi

Salah satu alasan kenapa saya lebih sering menggunakan Windows adalah karena dukungan aplikasi yang lebih banyak, meskipun saya akui Linux berjalan lebih cepat dan stabil, namun tanpa aplikasi yang biasa saya gunakan sehari hari, saya tidak bisa bekerja dengan baik, misalkan saja Affinity Photos, Adobe Premiere Pro, dan beberapa aplikasi lain yang memang tidak tersedia di Linux. 



Untuk Microsoft Office sendiri, di Linux kita memang bisa menggunakan aplikasi alternatif seperti WPS Office atau LibreOffice, namun saya akui rasanya sangat berbeda jika kita sudah ketergantungan dengan Microsoft Office sejak lama. 

Windows Lebih Asik

Selain aplikasi, saya rasa menggunakan Windows itu lebih asik, karena sekali lagi di Windows kita juga bisa melakukan banyak hal, mulai dari mengulik registry editor, mengulik settingan untuk advanced user dan lainnya. 



Meskipun di Windows kita tidak bisa menggunkan akses sekelas root, namun tetap saja untuk hal ulik mengulik, Windows juga asik untuk digunakan. Selain itu di Windows kita juga bisa bermain games yang cukup banyak loh, bahkan sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa hampir semua games sudah mendukung Windows, bukan Mac, bukan Linux namun Windows. 

Ready to Use

Berbeda dengan Linux yang harus di Setting agar menyesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pengguna, di Windows kita tidak perlu melakukan hal tersebut karena semuanya sudah disiapkan, kita tinggal install saja aplikasi yang kita butuhkan dan selesai deh. 


Di Linux, meskipun kita bisa sudah diberikan semuanya mulai dari Desktop Enviroment, Aplikasi bawaan dan hal lainnya, namun tetap saja pasti ada hal lain yang ingin kita modifikasi, entah itu tampilannya, fitur utamanya, atau sekedar untuk melengkapi dukungan perangkat kita, dukungan gesture untuk touchpad misalnya. 

Selain itu, berbeda dengan Windows yang sudah mendukung hardware dengan baik, di Linux kadang ada beberapa hardware yang berjalan tidak mulus, seperti touchpad yang kurang enak dan tidak presisi, dukungan gesture yang tidak natural dan lambat, graphic yang kadang glitch, dan masih banyak lagi yang cukup saya rasakan. Hal ini saya yakini adalah masalah dari dukungan driver yang mungkin tidak sesuai dan belum sempurna, selain itu karena dikembangkan oleh komunitas, tentu dukungannya tidak sebaik manufaktur yang memberikan driver termutakhir dan paling stabil. 

Linux Mantap Sih, Tapi

Semua yang saya katakan diatas cukup menyudutkan linux, karena memang itulah kenyataan yang saya rasakan, namun bagaimanapun Linux tetap mendapatkan tempat tersendiri dihati saya ini, karena dalam beberapa kondisi saya masih menggunakan Linux, entah itu untuk kebutuhan server, kebutuhan develpment dan hal lainnya. 

Linux sendiri saya rasa lebih stabil dibandingkan Windows, bahkan performanya masih menjadi juara dikelasnya, namn sekali lagi tiga poin diatas membuat saya sendiri harus berpaling dan lebih intens menggunakan Windows. Harapan saya, jika seandainya aplikasi Windows dapat berjalan native di Linux, dan dukungan driver yang lebih baik, maka Windows akan benar benar punah dan semuanya akan beralih ke Linux, saya sangat yakin sekali. 


Nah sekian curhatan saya kali ini, semoga artikel ini bermanfaat, maaf banget kalo saya jarang post di blog ini atau di blog sayugi, karena pekerjaan di dunia nyata cukup banyak dan melelahkan juga, harap dimaklumi ya guys. Thank you. 
Kenapa Saya Jarang Nulis Di Blog Sayugi Lagi?

Kenapa Saya Jarang Nulis Di Blog Sayugi Lagi?



Postingan terakhir saya di Blog Sayugi adalah sekitar bulan Januari 2021 lalu, terhitung sudah hampir tujuh bulan sampai artikel ini dirilis. Yap sudah cukup lama saya memang meninggalkan blog sayugi, alasannya bukan karena saya kurang suka dengan blog tersebut atau karena memang tidak ada konten, namun pekerjaan saya didunia nyata kali ini cukup melelahkan dan memakan banyak waktu. 



Nah mengenai hal tersebut, pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan kenapa, secara mendetail tentunya, mengenai apa pekerjaan saya sekarang, tugas saya gimana, dimana saya bekerja, dan yah begitulah. 


Dimana Saya Bekerja Sekarang?


Saat ini saya bekerja sebagai Teknisi IT di YPPGII atau Yayasan Pendidikan PGII, saya memulai pekerjaan sebagai orang IT ini mulai pada Januari 2021 kemarin, dan kini saya ditempatkan di Unit PGII 2 yang berlokasi di Jalan Pahlawan BLK 17 Kota Bandung. 


Ya kawan kawan, kamu tidak salah, selain bekerja sebagai penulis, author di WinPoin juga, saya memang memiliki pekerjaan didunia nyata, jika sebelumnya saya berstatus freelance, kali ini saya keluar dari dunia tersebut untuk memulai pekerjaan disebuah instansi pendidikan. 


Tugas dan Apa Yang Saya Lakukan?


Saya bertugas sebagai Teknisi IT dan kadang menjadi IT Support untuk membantu para tenaga pendidik dan non pendidik yang berada di Unit PGII 2, unit ini mencakup SMP PGII 2 BANDUNG, SMA PGII 2 BANDUNG, dan SMK UT PGII. 




Untuk saat ini ketika artikel ini diterbitkan, saya dan team IT lain sedang membangun jaringan besar besaran di Unit PGII 2, ini karena unit tersebut sedang membangun gedung baru yang lebih mewah dan lebih elegan, ada beberapa hal yang saat ini menjadi prioritas saya di pekerjaan ini, membangun jaringan internet menyeluruh disetiap ruangan, membangun cctv, membangun server, dan beberapa hal lain yang tidak bisa saya sebutkan. 


Waktu Kerja


Dihari normal dimana pelajaran online sedang dilakukan, saya mulai bekerja sejak pukul 5.30 pagi hingga pukul 4.00 sore, kenapa pagi pagi, karena ketika kegiatan sekolah berlangsung (tidak libur), saya yang bertanggung jawab menyiapkan dan memastikan bahwa koneksi dan pc yang ada disetiap unit bekerja dengan baik. 

Ketika ada yang bermasalah, secepatnya saya harus menyelesaikan masalah tersebut, karena pada dasarnya masalah bisa saja menggangu kegiatan belajar mengajar dan menghambat proses siswa untuk mendapatkan ilmu dihari itu. 

Kegiatan Saya Sebagai Penulis


Saya saat ini sedang menggarap buku baru berjudul "Knight : Rise of the dead dragon" yang mana menjadi sequel dari buku Knight sebelumnya, dan meskipun pada dasarnya saya sibuk, saya masih berusaha melanjutkan karya saya tersebut. 



Selain itu saya juga masih memiliki kewajiban untuk menulis dan memberikan informasi pada para pembaca WinPoin yang mana tidak mungkin saya tinggalkan. 




Terkadang Lelah


Salah satu alasan kenapa saya jarang nulis di Blog Sayugi adalah tentu karena saya lelah, saya memulai pekerjaan jam 5.30 pagi, berakhir jam 4.00 sore, dilanjutkan dengan Gym dan Olahraga saya antara jam 4.30 - jam 6.00 Sore, lalu disaat saya sedang santai dan pekerjaan tidak ada yang menjadi prioritas saya juga menyempatkan menulis di WinPoin, jadi dengan padatnya waktu saya, rasanya saya lelah untuk kembali melanjutkan menulis di Blog Sayugi. 

Tetapi....


Meskipun begitu, saya masih akan tetap berkarya, baik di Windows Portal Indonesia, Blog Sayugi atau di Blog ini, karena bagaimanapun menulis adalah hobi saya, saya suka sekali menulis, suka sekali dengan hal hal IT terlebih teknologi Windows dan Linux. 

Jadi jika kangen, kunjungi saja WinPoin.com karena saya akan tetap menulis disana setiap harinya, jika di Blog Sayugi, mungkin blog tersebut akan menjadi prioritas kedua saya selain pekerjaan utama saya sebagai orang IT dan Author di WinPoin. 

Nah sekian curhatan saya kali ini, semoga saja ini menjawab pertanyaan kamu semua yang masuk ke dm twitter dan instagram, untuk pembaca setia Ridwan, Irfan, Dini, dan Reysha, terima kasih karena terus menunggu dan terus mengirimkan DM ke saya. 

Sampai jumpa di artikel selanjutnya. 


Dua Koneksi Jaringan, LAN & USB Hotspot di Ubuntu Server

Dua Koneksi Jaringan, LAN & USB Hotspot di Ubuntu Server


 

Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, di rumah saya, saya telah membuat sebuah Home Server untuk saya menyimpan berbagai hal, namun karena konfigurasi baru yang akhir akhir ini saya terapkan, dimana ada dua Jaringan terpasang, satu Ethernet (enp3s0f0) untuk koneksi Local (SSH dan Samba Server), dan kedua adalah USB Hotspot dari Nokia 6.1 Plus saya (usb0) untuk koneksi Internet, konfigurasi default tersebut cukup bermasalah dimana meskipun IP sudah didapatkan, server tidak dapat terhubung ke Internet dengan normal. 

 

Dan terkait hal tersebut,karena cukup jarang juga artikel mengenai konfigurasi dan masalah ini baik dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris, saya akan sedikit share saja apa yang saya lakukan dalam home server (sijurig) yang telah saya buat sebelumnya. 

 

*Disclaimer, perlu diperhatikan bahwa dalam artikel kali ini, saya tidak menyertakan perintah dasar, seperti sudo nano, ls, cat, dan lainnya, jadi tolong disesuaikan ya. 

 

*Penting : Ada update baru dibagian akhir artikel yang mungkin kamu wajib baca!


Konfigurasi IP


Untuk  melakukan  konfigurasi IP di Ubuntu Server 20.04 yang saya gunakan, saya menggunakan tool bernama netplan yang telah preinstalled didalam system, dan berikut adalah langkah konfigurasinya. 

Langkah 1. Pertama silahkan navigasi ke directory /etc/netplan/


Didalam directory tersebut, buat file config dengan nama oo-installer-config.yaml, selanjutnya silahkan isi file tersebut dengan value berikut. 

network:
  ethernets:
   enp3s0f0:
    dhcp4: false
    addresses: [192.168.xxx.xxx/24]
    gateway4: 192.168.xxx.xxx
  version: 2

#USB Tethering Connections
network:
  ethernets:
   usb0:
    dhcp4: true
  version: 2
  renderer: networkd

Bisa dilihat pada value diatas, enp3s0f0 adalah LAN atau Ethernet, dan usb0 adalah perangkat Nokia 6.1 Plus yang saya jadikan Hotspot untuk koneksi Internet via USB. Untuk LAN saya set Static dengan menambahkan IP Address class c secara manual, sedangkan untuk USB Tethering, saya berikan konfigurasi DHCP agar koneksi internet dapat dilakukan.


Langkah 2. Selanjutnya setelah menyimpan file oo-installer-config.yaml diatas, selanjutnya saya memasang konfigurasi Netplan yang telah dibuat tersebut, jika kamu ingin mengikuti, pastikan juga bahwa jaringan baik LAN dan USB sudah terhubung dengan baik, jika iya, silahkan kamu masukkan perintah berikut. 

sudo netplan apply

Setelah selesai, silahkan cek apakah IP sudah dipasangkan dengan perintah ifconfig. 
 


Tepat seperti pada gambar diatas, IP untuk kedua jaringan sudah didapatkan, baik itu IP Static pada LAN (enp3s0f0) dan USB (usb0). 

Masalah dan Penyelesaian


Sesuai dengan apa yang saya katakan pada awal artikel, meskipun IP sudah didapatkan dan terpasang dengan sempurna, nyatanya server yang saya konfigurasi tersebut belum dapat terhubung ke Internet, hal ini karena ada dua IP dari dua gateway berbeda, sehingga koneksi internet dari USB Hotspot tidak dapat berjalan.
 
 
 
#Idenfitikasi Masalah
 
Setelah saya cek dengan menggunakan perintah "route", maka disana akan tampil dua ip route, contoh berdasarkan skemanya adalah seperti ini,

IP LAN (Local) > IP USB HOSTSPOT (Internet) > Server Internet
seharusnya adalah IP USB HOSTSPOT (Internet) > Server Internet, karena pada dasarnya IP LAN hanya digunakan untuk local saja.


 
#Penyelesaian Masalah
 
Tepat seperti pada gambar diatas, IP route Default dari LAN harus dihapus jika ingin perangkat home server ini terkoneksi ke Internet, dan untuk hal tersebut, kita bisa menggunakan perintah berikut untuk menghapusnya. 

sudo route del default gw [nomer-ip]

Maka hasilnya harus menjadi seperti ini. 


Dan jika tampilan ip routing table sudah seperti pada gambar diatas, dimana IP dari LAN telah dihilangkan, harusnya sekarang perangkat sudah bisa terhubung ke Internet via USB Hotspot. 
 
Untuk melakukan pengujian, kita bisa menggunakan perintah ping ke www.google.com seperti biasa. 


Dan yah, selesai deh, sekarang saya bisa menghubungkan perangkat home server ini ke jaringan internet, melakukan update os, dan melakukan banyak hal lainnya. 

 

#Update 8 Januari 2021


Setelah saya coba melakukan beberapa uji coba, ternyata ada sebuah langkah simple agar kedua koneksi berjalan dengan lancar dan sempurna, dimana local network masih dapat diakses dengan maksimal, dan koneksi internet juga dapat diakses dengan normal. 

 

Solusinya adalah dengan menghapus konfigurasi default pada netplan, dimana harusnya konfigurasi pada ip static adalah sebagai berikut:


#LAN Connections
network:
  ethernets:
   enp3s0f0:
    dhcp4: false
    addresses: [192.168.xxx.xxx/24]
  version: 2

#USB Tethering Connections
network:
  ethernets:
   usb0:
    dhcp4: true
  version: 2
  renderer: networkd

 

Dimana pada dasarnya kita hanya menghapus value gateway4: 192.168.xxx.xxx saja, dengan itu setiap kali perangkat di nyalakan (restart atau turn on), maka kita tidak perlu lagi menggunakan perintah sudo route del default gw 192.xxx.xxx.xxx diatas.


Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat. 

Referensi : AskUbuntu

Aplikasi Favorit Saya di Linux Manjaro - Edisi 2020

Aplikasi Favorit Saya di Linux Manjaro - Edisi 2020

 

Tahun ini adalah tahun yang mengawali perpindahan saya dari Linux Elementary OS Hera yang berbasiskan Ubuntu 18.04 LTS ke Manjaro yang berbasiskan Arch, saya sangat suka dengan Manjaro ini, dan review serta pengalamannya sudah saya tulis pada halaman berikut

 

Salah satu yang saya suka tentu adalah dukungan aplikasinya yang sangat banyak dan bahkan di Manjaro kita bisa menggunakan berbagai aplikasi dari distro lain, sebut saja apikasi Image Burner yang memang sebelumnya dirancang untuk Elementary OS. 

 

Nah berkaitan hal tersebut, meskipun saya sepenuhnya menggunakan Manjaro, masih ada beberapa aplikasi yang saya bawa dari Elementary OS, thanks to AUR karena dengan itu kita bisa Build App yang bukan dari Official Repository-nya. 

 

Berikut saya tulis apa saja aplikasi favorit saya di Linux yang saya gunakan, baik itu Elementary OS dan Manjaro. 

 

Aplikasi Utama 


Firefox

 

Sejujurnya, Microsoft Edge Chromium itu sudah mantap jika di Windows, sedangkan Google Chrome juga selain aplikasi cross over dan multi platform dia sangat powerfull terutama untuk para developer katanya, namun saya lebih suka Firefox, hal tersebut karena kemudahan sharing open tab-nya, jadi saya bisa dengan mudah membuka tab yang terbuka di perangkat Mobile Phone saya dengan hanya satu klik saja. 

VirtualBox

 
Di Linux sebenarnya ada QEMU yang bisa dibilang lebih powerfull dibandingkan VirtualBox, hanya saja sayangnya di Windows 10, QEMU itu tidak ada jadi mau tidak mau saya harus pake aplikasi ini. 
 

Selain itu, meskipun saya kini menggunakan Linux sepenuhnya dengan tanpa dualboot dengan Windows 10, beralih ke Virtual Machine lain rasanya sedikit membutuhkan usaha dan waktu, dan untuk sekarang hal tersebut saya rasa tidak dimungkinkan, mengingat banyak sekali aplikasi dan hal penting lain di virtual machine yang saya miliki. 
 

Elementary Code

 
Beberapa developer mungkin lebih suka dengan Visual Studio Code, ya saya akui saya juga suka, tapi di Manjaro ketika kita menginstall aplikasi Visual Studio Code atau Atom, keduanya membutuhkan dependency Electron, dan ukurannya cukup terbilang besar. 
 
Selain karena masalah ukuran aplikasi dan dependency yang bisa saya bilang bloated, saya  juga bukanlah seorang tukang ngoding yang pekerjaan sehari harinya membuka code editor, selain itu saya lebih terbiasa dengan aplikasi Code di Elementary OS, jadi saya akhirnya menggunakan aplikasi itu kembali di Manjaro ini. 
 

Meskipun fiturnya simple, untuk coding semuanya dapat dilakukan lancar tanpa ada hambatan, terlebih nih jika kamu front end web developer, kamu juga bisa mengaktifkan browser preview yang preinstalled di aplikasi tersebut. 

Elementary Music

 

Di Linux ada banyak sekali aplikasi pemutar musik, seperti Rythmbox, Clementine dan lainnya, namun sekali lagi karena saya sudah terlalu terbiasa dengan Elementary OS, saya suka dengan aplikasi Elementary Music-nya yang simpel dan menurut saya sudah cukup powerfull jika hanya untuk mendengarkan music secara offline saja. 

Flameshot

 
Jika di Windows 10 saya menggunakan PicPick, di Linux saya menggunakan Flameshot, meskipun beberapa fitur seperti Watermark dan Windows Border tidak ada, tapi Flameshot juga sudah menyediakan beberapa tool menarik seperti Blur, menambahkan anak panah dan lainnya. 

Thunderbird

 
Jika menggunakan Firefox, tidak lengkap rasanya jika tidak menggunakan Thunderbird sebagai email client-nya, selain itu saya juga tidak terlalu suka dengan email client lain di Linux jadi Thunderbird adalah opsi utama untuk Mail Client di perangkat Linux saya. 

LibreOffice

 
Di Manjaro ada dua versi LibreOffice yang dapat diinstall, LibreOffice Still yang merupakan versi 6, dan LibreOffice Fresh yang merupakan versi 7, tentu saya menginstal versi 7 karena tampilan dan fiturnya sudah lebih baik. 
 

Selain itu meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Microsoft Office 2019 dengan integrasinya dengan OneDrive, saya rasa LibreOffice sudah cukup mendukung kegiatan saya menulis, dan saya tidak mendapati masalah dengan peralihan ini. 

Focus Writer

 

Untuk kegiatan saya menulis, jika dulu saya menggunakan OneNote kini saya lebih sering menggunakan Focus Writer, alasannya sih karena dengan Focus Writer kita serasa benar benar fokus akan apa yang kita tulis, mulai tidak ada distraksi dari Panel atau Dock, dan tampilannya sendiri bisa kita atur dengan baik menyesuaikan suasana yang kita inginkan. 

Torrential

 

Torrential, aplikasi yang lagi lagi hadir untuk Elementary OS, dengan aplikasi ini kita bisa mendownload file Torrent dengan tampilan yang simpel banget, saya suka dengan aplikasi ini dibandingkan dengan Transmission atau Torrent Client lainnya. 

VLC

 
Di Manjaro yang kini saya gunakan, sebenarnya sudah hadir dengan aplikasi Totem, hanya saja karena dukungan media yang kurang lengkap, saya beralih ke aplikasi favorit saya sepanjang masa, VLC. 

Dan yah, siapa yang tidak tahu dengan VLC, aplikasi Multimedia Cross Platform ini kini sudah hampir digunakan lebih oleh 4 Miliar perangkat. 


Aplikasi Jarang Digunakan

 
Selain aplikasi utama yang saya sebutkan diatas, ada juga beberapa aplikasi penting namun cukup jarang saya gunakan, dan berikut adalah diantaranya. 

Image Burner

 
Lagi lagi aplikasi dari Elementary OS, aplikasi ini kurang lebih adalah Rufus versi Linuxnya, dengan aplikasi ini kita bisa membuat file instalasi OS dari Image File (ISO) ke Flashdrive, meskipun saya jarang banget pake aplikasi ini, tapi aplikasi selalu wajib saya install. 

Kenapa Image Burner?, padahal diluar sana ada banyak sekali aplikasi serupa, alasannya sih satu saja, tampilannya simpel dan enggak neko neko, cukup buka, pilih, proses dan selesai. 

Desktop Folder

 
 
 Aplikasi yang lagi lagi hadir di Elementary OS, aplikasi ini cukup penting bagi saya terutama di Desktop Environment Pantheon atau GNOME yang pada dasarnya pengguna tidak bisa menambahkan apapun di Desktop, dengan aplikasi ini kita bisa menambahkan berbagai hal mulai dari menambahkan file, folder, panel hingga sticky notes. 

OBS Studio

 
Aplikasi rekam layar favorit saya, meskipun di GNOME (DE yang saya gunakan di Manjaro) sendiri memiliki extensi Screencast yang dapat didownload dan digunakan, sayangnya extensi tersebut tidak mendukung GNOME 3.38.1 yang saya gunakan. 
 

Sehingga dengan hal tersebut, saya lebih memilih OBS sebagai alternatif aplikasi perekaman video. 

Aplikasi System Lainnya

 
Selain tiga yang telah disebutkan, ada beberapa aplikasi system yang wajib saya install, meskipun sebagian sudah preinstalled namun tetap saja saya favorit dengan aplikasi tersebut, diantaranya adalah GNOME Disk, Disk Usage Analyzer, GParted, dan Timeshift. Empat aplikasi tersebut cukup sering saya gunakan dalam kondisi tertentu. 


Aplikasi Sosial Media

 
Hanya dua saja aplikasi untuk Social Media dan keduanya cukup penting untuk kehidupan saya, baik untuk pekerjaan atau komunikasi utama. 

Telegram

 
Saya cukup suka dengan Telegram, dan beruntungnya banyak teman dan saudara saya yang menggunakan aplikasi ini, Whatsapp sebenarnya sudah cukup, hanya saja kini Whatsapp rasanya jadi lebih mirip Facebook dan IG, dan jika dibandingkan, saya lebih suka Whatsapp yang dulu dengan hanya memiliki fokus pada chat dan messenger. 

Dengan hal tersebut, saya kini sepenuhnya menggunakan Telegram. 

Slack

 
Microsoft Teams sendiri cukup bagus dan mendapati peningkatan dalam beberapa bulan terakhir (keuntungan Microsoft dari Corona), namun karena team saya sudah lama menggunakan Slack, kami tidak bisa beralih begitu saja. 

Slack sendiri cukup powerfull, selain itu aplikasi ini tersedia cross platform, baik di Windows, Linux dan Mac, bahkan di iOS, iPad OS, Android. 
 
 

Nah itulah beberapa aplikasi favorit saya di Linux selama tahun ini, sebagian besar saya bawa dari Elementary OS karena memang saya sudah terlalu sering menggunakan aplikasi tersebut. Di Manjaro yang kini saya gunakan juga, hanya Slack, Image Burner dan Desktop Folder saja yang saya install via AUR, sedangkan lainnya sudah tersedia di Official Repository. 

Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat.
Menghidupkan Kembali Si Jurig : Upgrade SSD di Acer Aspire 4352

Menghidupkan Kembali Si Jurig : Upgrade SSD di Acer Aspire 4352



Sedikit bercerita, baru baru ini lebih tepatnya kemarin 07 November 2020 bertepatan dengan malam minggu yang membosankan, saya mencari sesuatu untuk mengisi kekosongan waktu malam itu dengan mencari laptop yang sudah saya tinggalkan sejak lama. 

Laptop tersebut adalah Acer Aspire 4352 yang dibelikan ibu saya tahun 2012 lalu, namun karena kebodohan saya dan karena rasa penasaran saya yang tinggi, tahun 2014 laptop tersebut dead karena kesalahan flashing bios, iya iya, saya bodoh, dulu saya update bios harusnya untuk type 4352 ini saya malah memasang yang type 4352G, dan jelas disana akan dead karena kesalahan kompatibilitas hardware. 

Dua tahun laptop tersebut menjadi bangkai karena memang dead alias mati total, waktu itu saya sudah membeli Acer Aspire E1-470 yang kini digunakan kawan saya Reza, namun ditahun 2016 tersebut saya memutuskan untuk memperbaiki laptop Acer Aspire 4352 yang mati total tersebut dan ternyata menghabiskan biasa sekitar Rp500.000, saya lupa apa yang diperbaiki namun harganya cukup mahal. 

Lanjut ke pembahasan, setelah laptop tersebut hidup kembali, ada beberapa masalah lain yang saya temukan, entah karena efek reparasi, atau karena memang dua tahun tidak digunakan, dan diantaranya adalah : Battery Dead, Monitor kadang kedip kedip (kemungkinan akan dead), dan Keyboard juga Dead. Cukup disayangkan. Dan karena dulu saya tidak memiliki keperluan dengan laptop tersebut, maka saya berikanlah laptop ini ke saudara saya, dan singkat cerita ditahun 2018, Monitor akhirnya Dead dan dengan itu laptop tidak digunakan kembali. 



Karena matinya monitor tersebut, perangkat Acer 4352 itu kini sudah menjadi bangkai dan saya sudah menyerah untuk memperbaiki perangkat tersebut, HDD 500 GB bawaan yang masih cukup bagus dengan Disk Health 100% dan Write yang hanya dibawah 50 TBW, yang masih tertanam diperangkat ini akhirnya saya jual saya ke kawan saya yang lagi membutuhkan. 

Ngomong ngomong, sesuai judul, project ini akan saya namai "Menghidupkan kembali si Jurig", entah apa yang saya fikirkan sampai saya menamai project ini seperti itu. 


Menjadi Bangkai Kembali Selama 3 Tahun 


Tahun 2018, tahun 2019 dan 2020 juga sudah hampir berlalu, dan kemarin saya kembali menemukan laptop tersebut, dan ternyata sudah cukup bau kecoa, sialan, langsung saja saya semprot pake anti serangga dan saya bersihkan kembali. 

Dan setelah tiga tahun menjadi bangkai, dan karena kini saya memiliki monitor yang sudah saya beli awal tahun 2020 ini, saya memutuskan untuk menjadikan perangkat ini sebagai Home Server atau mungkin menjadi perangkat kedua saya yang benar benar menjalankan Linux (mengingat spesifikasinya yang tidak memungkinkan untuk menjalankan Windows 10). 

Dan dimalam itu, bermodalkan pengetahuan saya selama beberapa tahun ngulik Hardware Laptop, maka laptop tersebut hidup kembali, saya juga bingung apa yang saya perbaiki namun saya bongkar seluruh komponen didalamnya, mengganti Pasta dan membersihkan bagian dalam, termasuk membersihkan battery CMOS yang sudah hampir karatan dan membersihkan bagian motherboard yang ternyata sudah tampak mengerikan. 


Ada satu hal yang menarik nih, dimana ternyata Processor laptop ini bisa di Upgrade menjadi Intel Core i3 2350M atau mungkin Intel Core i5 dengan socket yang sama. 

Awalnya saya berniat untuk upgrade processor ke Intel Core i3 2350M, namun karena perangkat ini hanya akan saya Linux Server yang superior, saya rasa dengan Intel Celeron B815 sendiri sudah cukup oke untuk saat ini. 



Komponen Yang Rusak


Setelah cukup lama saya membongkar dan memperbaiki perangkat itu, akhirnya malam hari tepatnya mungkin pukul 10 malam (07 November 2020), perangkat dapat hidup ditandai dengan lampu indicator yang menyala, dan langsung saja saya koneksikan ke Monitor utama dikamar saya. 



Seperti pada gambar diatas, OS tidak ada karena memang HDD juga tidak ada, dan setelah saya melakukan boot ke Live CD di Linux, ada beberapa komponen yang ternyata rusak, hampir sama seperti yang saya katakan sebelumnya yang mana itu adalah : Monitor, Keyboard, Battery, dan WiFi. Iya WiFinya jadi gak jalan dong, entah karena memang adapternya mati, atau memang driver di Live CD Linux tidak tersedia.


Upgrade Komponen


Dan dikarenakan perangkat kini sudah dapat hidup, meskipun ada beberapa komponen yang tidak bekerja, termasuk Monitor, namun saya rasa tidak masalah, karena Monitor External, Keyboard dan Mouse juga saya sudah punya, sementara itu, saya juga memang berniat hanya menjadikan perangkat ini sebagai Home Server atau Secondary Machine yang akan berjalan 24/7 dan dikoneksikan via Remote Desktop atau SSH nantinya. 

Ada dua komponen yang saya akan upgrade, yang pertama adalah SSD, saya membutuhkan SSD karena HDD sebelumnya sudah saya jual, dan kenapa saya tidak menggunakan HDD?, saya rasa semua sudah tahu bahwa SSD adalah perangkat penyimpanan super cepat dan saya malas menggunakan OS yang lambat lambat. Untuk HDD kedepannya saya akan mengganti DVD RW yang memang tidak terpakai menjadi HDD berukuran 2 TB sebagai media penyimpanan backup utama, namun itu masih rencana mengingat kini saya memiliki dana yang terbatas untuk project ini. 

Perangkat kedua yang akan saya upgrade adalah RAM, defaultnya RAM di perangkat ini berukuran 2 GB, dan tentu meskipun untuk Linux itu sudah cukup, untuk saya yang sehari hari menggunakan 20 GB, 2 GB adalah ukuran yang sangat kecil, dan dengan itu saya memutuskan untuk menambah kapasitas RAM menjadi 6 GB. Terlebih dengan proses transfering data, RAM secara langsung berperan penting untuk menambah kecepatan transfer via Ethernet atau USB. 

Namun sebagai awalan saja, RAM akan saya biarkan tetap menjadi 2 GB dan akan saya tambah dengan SWAP dari SSD sebesar 4GB, hal ini saya lakukan untuk menekan biaya pengeluaran dimana total biaya yang saya keluarkan tidak boleh lebih dari Rp700.000


Pembelian Komponen


Untuk sekarang karena saya berada dikampung halaman dan cukup jauh dari perkotaan, saya memutuskan untuk membeli dua komponen tersebut secara online di tokopedia. Singkat cerita, pada tanggal 12 November 2020 kemarin akhirnya saya membeli SSD dari Garuda Megastore, yang reviewnya sudah dapat kamu lihat pada halaman blog saya berikut : Review Singkat SSD Midasforce 240GB Super Lightning 


Untuk detail pembelian sendiri, saya membeli SSD-Solid State Drive Midasforce 240GB SUPER LIGHTNING SATA III-6GB/S seharga Rp394.000, itu belum termasuk ongkos kirim yang mana itu adalah sekitar Rp20.000 serta Asuransi pengiriman untuk barang yang saya beli. 

Dari segi merek, tentu ini bukanlah yang terbaik, namun tidak apa apa, karena dalam project ini tujuan saya adalah kembali menghidupkan perangkat lama saya ini dengan harga semurah mungkin yang saya bisa. Yang mana project ini mengeluarkan dana sekitar Rp420.000 an saja dari total biaya Rp700.000. 
 

Untuk RAM mungkin akan saya tambahkan seandainya 2 GB sudah saya rasa tidak cukup, namun saya sangat yakin bahwa dengan Ubuntu Server yang akan saya gunakan, dan kebutuhan Home Server yang cukup ringan, dengan hanya 2 GB ditambah 4 GB SWAP Memory, RAM Upgrade tidak terlalu dibutuhkan (untuk sekarang).


Pemasangan Komponen


Pada tanggal 14 November 2020 akhirnya paket sudah hadir dan sudah sampai kerumah saya, setelah hari cukup siang dan saya sudah cukup luang, saya langsung saja melakukan upgrade pada perangkat Acer yang saya gunakan ini, sama seperti yang sudah saya bahas pada artikel Review SSD MidasForce 240 GB, untuk pemasangannya sendiri sangat mudah, karena pada perangkat ini Slot RAM dan HDD bisa dibilang cukup mudah untuk diakses dan memiliki bagian terpisah tanpa harus membuka seluruh bagian case laptop seperti laptop Asus saya yang kini saya pakai untuk menulis artikel ini. 


Untuk bagian bracket HDD bawaan dari laptop ini tidak saya pasangkan karena baut penahan-nya entah hilang kemana, namun dengan kondisi seperti ini saya rasa sudah cukup kuat jika hanya disimpan dibawah meja tanpa laptop harus dibawa kemana mana. 


Instalasi OS dan Konfigurasi Awal


*Disclaimer, artikel ini bukanlah tutorial, saya tidak akan menyertakan langkah langkah apapun terkait instalasi dan konfigurasi, dan sepenuhnya artikel ini untuk pengetahuan dan hiburan semata. Terima kasih. 

Awalnya saya berniat untuk menggunakan Elementary OS favorit saya, atau menggunakan Ubuntu Mate atau Linux Mint Cinnamon, namun karena saya rasa saya bakalan jarang banget pake perangkat ini kecuali untuk keperluan server, entah itu backup data, web server local, atau hal lain, jadi saya memutuskan untuk memasangkan Linux Ubuntu Server saja. 

Kenapa Ubuntu Server?

Selain distro ini sebenarnya saya sudah cukup familiar dengan CentOS atau Arch, namun karena saya lebih suka Ubuntu Server dan sedikit bernostalgia dengan skripsi saya dulu yang mana menggunakan Ubuntu Server juga, maka saya memilih distro ini saja. 

Untuk instalasi OS nya sendiri cukup mudah, hanya mengandalkan Monitor dan Keyboard, proses instalasi berjalan super duper cepat, disini saya menggunakan Ubuntu Server 20.04 dan hanya menginstall apa yang saya perlukan saja, termasuk OpenSSH Server sudah termasuk dalam paket instalasi yang saya atur sedemikian rupa. 


Untuk partisi sendiri dari total storage 240 GB, saya membuat tiga partisi berbeda, satu untuk GRUB, Satu untuk SYSTEM dan Satu untuk SWAP agar dapat membantu pemakaian RAM seandainya dibutuhkan. 

Pembuatan Partisi


Singkat cerita, instalasi sudah berhasil dilakukan, dan sekarang tinggal melanjutkan beberapa konfigurasi singkat agar perangkat ini bisa dikoneksikan dan diakses melalui SSH dari laptop Windows 10 yang saya gunakan. 

Boot pertama

Dan seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, kebetulan OpenSSH Server sudah terinstall bersamaan dengan system operasi, sehingga saya tidak perlu lagi melakukan instalasi OpenSSH Server, dan cukup melakukan konfigurasinya saja.

Saya disini hanya melakukan konfigurasi singkat, dimana hanya mengaktifkan port 22 untuk konektifitas, dan mengubah rules firewall nya saja, nah disini saya mengikuti tutorial yang dibuatkan oleh website berikut

Proses Konfigurasi


Setelah SSH Server selesai dikonfigurasi sekarang saya tinggal tempatkan saja laptop ini ditempat yang tersembunyi dan jauh dari jangkauan saya sendiri, lebih tepatnya dikolong meja saya disini. 


Disini saya meletakkan laptop ini secara vertical, karena biar muat pada area kolong meja yang sedikit berantakan tersebut, ya maklum sajalah, kamar saya ini terbilang kecil untuk orang dewasa seperti saya ini. Selain itu disana juga dapat kamu lihat bahwa laptop saya tutup dengan plastik untuk menghindari debu yang bisa saja masuk secara langsung kedalam perangkat, mengingat bagian keyboard dan battery terbuka, dan hal tersebut juga saya lakukan untuk menghindari kejadikan yang tidak diinginkan, tersengat listrik misalnya. Selain itu disana juga tampak ada dus HP Lenovo lama milik tante saya, ada kalkulator yang ternyata masih berfungsi dan ada sebuah UPS yang sudah mati namun berencana saya perbaiki (jika bisa). 

Kembali ke pembahasan, untuk mengkoneksikan antara Laptop utama saya dan Laptop yang saya jadikan server ini, saya menghubungkannya menggunakan kabel RJ45 dengan konfigurasi Peer to Peer yang kebetulan sudah saya punya sejak saya sekolah dulu (entah kenapa bisa sangat awet), inginnya saya menggunakan WiFi dan membuat WiFi Hotspot sendiri dengan perangkat ini, namun sayangnya WiFi Adapter malah rusak dan tidak berguna. 

Setelah beberapa lama berkutik dengan beberapa konfigurasi singkat mengenai Renew IP Address, dan hal lainnya, akhirnya pada jam 20.00 WIB tanggal 14 November 2020 koneksi SSH sudah berjalan dengan sempurna. 


Sebagai pengujian pertama, saya mencoba mendownload aplikasi HDD Sentinel dan mencoba melihat berapa total jumlah data yang berhasil ditulis di SSD yang terbilang baru ini. 


Dan yah, seperti yang dapat kamu lihat pada gambar diatas, semuanya berjalan normal, dan oke, total written nya sendiri hanya 10 GB an saja, dan mari kita uji lebih lanjut SSD ini enam bulan kemudian. 

Koneksi Internet

Sedikit membahas mengenai koneksi, disini berhubung area rumah saya tidak terjangkau Indihome atau sejenisnya, saya terpaksa menggunakan WiFi Hotspot dari Nokia 6.1 Plus yang saya gunakan, metodenya seperti ini, Nokia > Windows 10 > Share Internet > Linux Server via LAN. 


Dan dengan itu Linux Server ini sudah terhubung ke Internet dan saya dapat melanjutkan project ini kedepannya. Namun dengan catatan, kadang IP akan berubah, sehingga dengan itu saya harus melakukan reconnecting dan renew ip address di linux kembali. 

Sebagai dokumentasi takutnya saya lupa, untuk langkah Renew saya hanya memasukkan dua perintah berikut pada terminal di Linux Server. 

sudo dhclient -r
sudo dhclient

Masukkan perintah tersebut secara berurutan dan nanti otomatis IP akan di Renew. 


RAM Usage

Sedikit membahas mengenai RAM Usage, untuk sekarang dalam pemakaian normal dan seluruh service berjalan (SSH Server dan Samba Server) dan service lain dengan total 128 Proccess, RAM Usage hanya 18% dari 2 GB RAM, dan tampaknya tidak melakukan upgrade RAM adalah sebuah hal yang cukup bijak yang saya lakukan. 




Konfigurasi dan Instalasi Samba Server


Nah masih pada tanggal 14 November 2020 malam hari, saya mencoba melakukan instalasi Samba Server untuk akses SSD dari laptop si jurig ini melalui jaringan lokal, dan dengan mengikuti langkah singkat dari halaman ubuntu berikut, serta beberapa troubleshoot yang saya lakukan, akhirnya Samba Server sudah aktif dan kini saya bisa melakukan transfer data ke SSD yang dipasangkan di Acer Aspire 4352 ini. 


Tepat seperti pada gambar diatas, untuk memudahkan akses, saya map network drive tersebut ke file explorer, sehingga saya bisa mengaksesnya hanya dengan satu kali klik saja. Untuk penamaannya saya kasih nama folder GylangHome (untuk mengidentifikasi bahwa itu adalah si jurig a.k.a Acer 4352)_HS (untuk mengetahui bahwa itu adalah SSD, HS adalah singkatan High Speed), mengingat saya juga akan menambahkan sebuah perangkat HDD berukuran 2 TB nantinya. 

Untuk konfigurasinya sendiri, berikut adalah konfigurasi yang saya lakukan pada file /etc/samba/smb.conf.

[GylangHome_HS]
    comment = Samba on Gylang-Home
    path = /home/gylang/GylangHome_HS
    read only = no
    browsable = yes
    public = no
    valid useres = gylang
writable = yes



Pengujian Kecepatan

Dengan SSD yang dipasangkan pada Interface SATA 3 6 Gigabit/s, serta dihubungkan melalui jaringan LAN Gigabit Ethernet, untuk proses transfering data, mengirim data berukuran 5 GB data kuliah saya yang berisi berbagai macam file, semuanya dapat dilakukan kurang dari 5 menit saja. 


Sedangkan untuk transfer data yang berukuran besar sekaligus, kecepatan tulis dan transfernya mencapai angka 80 MBps. 


Malam Pertama

Sekarang 15 November 2020, dimana setelah saya biarkan laptop atau mungkin saya panggil saja si jurig ini, semuanya tanpa ada masalah, tidak ada shutdown tiba tiba, dan bahkan ip address masih tetap sama, sehingga saya tidak perlu melakukan reconnecting dan renew ip address untuk sekarang. 


*Update 15 November 2020 Malam Hari

Sore harinya, hujan deras mengguyur daerah rumah saya, dan tiba tiba terjadi mati lampu yang cukup singkat, namun tidak bagi home server ini, karena dengan itu dia akan shutdown, setelah perangkat kembali saya hidupkan, saya tidak bisa terkoneksi dengan SSH dan jaringan tampaknya tidak bekerja dengan baik. 

Hal ini terjadi karena masalah IP yang memang sebelumnya di set DHCP, dan karena saya rasa akan sangat ribet sekali untuk melakukan renew ip address setiap kali perangkat saya hidupkan (seandainya mati lampu lagi) maka untuk mengatasi hal tersebut saya mengubah ip menjadi static, langkahnya sendiri saya ikuti melalui artikel berikut



Namun ada catatan yang perlu saya ingat juga, dimana perangkat wajib terhubung dahulu ke laptop utama agar dapat boot dengan sempurna, karena jika tidak, dia akan stuck pada proses booting sampai jaringan sudah terhubung antara perangkat.




Kesimpulan


Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Home Server saya sudah jadi, sekarang dia sudah dapat dikoneksikan melalui SSH, lalu Samba Server untuk Transfering file juga sudah dapat dilakukan, untuk sekarang hanya ini saja yang saya lakukan, namun kedepannya saya akan menambahkan beberapa service baru seperti Web Server atau lainnya, yah kita tunggu saja dengan kebutuhan kedepannya mengingat sekarang saya sudah meninggalkan dunia hitam perkodean. 

Sekian artikel kali ini, semoga menghibur dan semoga bermanfaat untuk kamu semua, segala link penting mungkin sudah saya sertakan didalam artikel, mohon maaf karena ini bukanlah tutorial sehingga saya tidak menyertakan artikel ini di Blog Sayugi (tapi watermark saya pake Blog Sayugi), hal ini karena artikel ini sepenuhnya curhatan dan diari saya agar saya suatu saat tidak lupa dengan apa yang saya lakukan. 

Terima kasih. 
Pandemi Corona dan Semangat Yang Tidak Boleh Padam

Pandemi Corona dan Semangat Yang Tidak Boleh Padam


Sedikit membahas pandemi yang sekarang sudah berjalan hampir satu tahun ini, saya rasa semuanya sudah mulai bosan, kesal dan cukup patah semangat, entah itu karena kehilangan pekerjaan, berkurangnya penghasilan, atau bahkan hal lainnya yang berasal dari efek pandemi covid-19 ini. 


Iya saya tahu, karena saya sendiri mengalami hal yang sama, bahkan beberapa teman saya sampai sekarang belum mendapatkan pekerjaan mereka kembali, mereka terpaksa hidup dalam kondisi menganggur dan menjadi bahan cibiran tetangga, bahkan mungkin saya sendiri adalah salah satunya. 


Dari kondisi yang semakin memburuk ini, dari kondisi yang semakin tidak ada kejelasan ini, kita yang terkena efek pandemi tidak boleh patah semangat, cobalah untuk tetap berusaha dan berjuang, jika kamu adalah para pekerja yang kehilangan pekerjaannya, pasti disana ada pekerjaan yang jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya, atau bahkan kondisi ini bisa menjadi kesempatan kamu untuk melakukan produktifitas lain, misalkan membuat sebuah mahakarya yang dapat kamu jual dengan harga menarik di sosial media atau online shop yang tersedia. 


Terkait hal tersebut, saya sendiri mungkin adalah salah satunya, disaat pekerjaan yang kini terkena efek pandemi covid-19, saya berusaha mengapai cita cita saya untuk menjadi penulis, dan lihatlah kini, meskipun memang buku yang saya tulis dan ciptakan belum tersebar dan terjual keras dipasaran, setidaknya cita cita saya telah hampir tergapai, dan jika kamu adalah tulang punggung keluarga yang sama sama kehilangan pekerjaan, jangan patah semangat juga dong, kamu punya anak, istri atau orang yang kamu cinta berada dibelakang kamu, mendoakan kamu untuk tetap kembali dengan senyuman perjuangan yang tidak kenal lelah.  


Ciri Mereka Yang Telah Patah


Ada banyak sekali orang yang menganggur akibat pandemi ini, dan banyak dari mereka yang patah dan terjatuh, pencuri, perampok, begal, pencopet, dan para kriminal baru lain adalah salah satu contoh mereka yang telah patah, saya yakin mereka tidak ingin melakukan hal tersebut, namun karena kurangnya sumber daya yang mereka punya, dan tekanan keluarga yang mungkin semakin memberatkan punggung mereka, mereka dengan rasa malu dan penuh penyesalan terpaksa memilih jalan yang salah hanya untuk bertahan. 

Sumber foto : OkeNews

Jangan Jatuh dan Tetap Berpegang Erat


Salah satu penyebab kejatuhan seorang manusia secara sosial adalah karena rasa Iri, banyak orang yang iri atas apa yang orang lain punya sehingga mencari jalan yang salah hanya untuk melampiaskan rasa iri tersebut, seandainya kita mampu untuk merasa iri maka saya rasa tidaklah masalah, namun jika kita adalah orang biasa, dengan ekonomi yang cukup berat dimasa ini, iri bukanlah hal baik untuk dipertahankan. 

Jika kamu punya penghasilan dibawah UMR, tetap ingat kawan, diluar sana masih banyak orang yang berusaha mati matian bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka hari ini, atau lihatlah mereka yang hanya mampu memakan nasi bersama garam hanya untuk hidup esok hari, kita harus bersyukur bahwa kita masih bisa hidup dan bertahan meski dengan penghasilan yang begitu pas pasan. 

Sumber foto : Goriau

Selain itu peran penting lain dalam bertahan pada kondisi menyakitkan ini adalah keluarga, ya keluarga adalah salah satu yang berperan sangat penting, entah itu menjadi penyemangat, atau sekedar menjadi tempat kita berpulang dari beban kehidupan yang kini semakin berat. 


Pandemi Akan Berakhir


Entah itu besok, atau lusa, suatu saat pandemi akan berakhir dengan hasil yang bahkan kita tidak tahu akan seperti apa, namun yang pasti untuk saat ini kita harus tetap berjalan, tetap menjaga protokol tidak terinfeksi dan protokol kesehatan, karena dengan itu secara tidak langsung kita bisa mempercepat akhir dari cerita menakutkan ini. 


Saya Gylang Satria Yudha, salah satu pejuang dimasa berat ini, kawan seperjuangan kamu yang membaca tulisan ini, saya hanya ingin berkata "tetaplah berjalan, tetaplah melangkah, meskipun kamu lelah, meskipun kamu merangkak, jangan sampai kamu masuk ke jalan yang salah, tetaplah semangat, tetaplah sehat, karena keluarga, teman, sahabat, mungkin akan menunggu kamu dirumah dengan senyuman manis akan rasa syukur bahwa kamu telah kembali dengan penuh keikhlasan akan apa yang kamu dapatkan". 

Terima kasih, semoga kamu tetap semangat dan mampu memahami apa yang saya tulis disini.